Apa yang kamu pikirkan kalau ada orang yang melenceng dari prinsip yang kamu pegang, misalnya lepas hijab? Murtad? Melakukan kesalahan dalam ranah agama?
Tahukah kita, kalau itu bukan berarti the end of their story? Spiritual journey itu hanya individu yang menjalani, not their parent's, kid's, not mine and certainly not yours. Let 'they' move forward at their own pace. Kalau kita terlalu menuntut seseorang harus jadi 'apa yang menurut kita ideal' itu hanya akan mengkerdilkan perjalanan spiritualitasnya. Kalau menurut kita 'orang tersebut melenceng' biarkan Ia matang dalam mencari makna seiring berjalannya waktu. Jangan langsung dijudge "Sesat!" "Tobat dong!" "Ingat neraka neraka neraka buatmu" Wow siapa kita berani menjudge orang masuk neraka? Tuhan?
Siapa kita menuntut seseorang (apalagi yang tidak kita kenal) untuk sesuai dengan ekspektasi dan standar kita? Netizen keep telling this and that but they are forget that it is personal space for 'that human'. Bahkan sedikit orang yang bisa bedain mana ruang privat dan mana ruang publik. It's okay kalau kita ingin memberikan nasihat secara personal, tapi pastikan orang yang akan kita beri nasihat adalah orang yang 'kita tahu', 'kita dekat' dengannya. Jangan public figure yang nggak kita kenal eh kita ceramahin lala lili, di neraka-nerakain, hal itu hanya akan membuat mereka merasa kecil dan bisa jadi cara kita malah membuatnya semakin tidak ingin untuk kembali ke 'prinsip yang menurut kita benar'. Harus benar-benar tahu menempatkan dakwah dengan baik.
Kenapa sih netizen masih sering judging kualitas agama orang? Hal itu karena mereka tidak tahu kalau agama adalah ruang privat.
Of course, agama adalah ruang privat (urusan pribadi antara pribadi kita sendiri dengan Tuhan). Bukan berarti bahwa dakwah nggak boleh, dakwah itu okay kok, asalkan kita bisa menempatkan diri dengan baik, nggak asal judge kadar iman seseorang.
Comments
Post a Comment