Apa itu cancel culture?
Cancel culture adalah budaya membatalkan suatu brand, artis, atau pihak tertentu setelah mereka melakukan sesuatu yang salah maupun menyinggung suatu hal pada masa lalu mereka. Biasanya kalau di social media itu saat seseorang mengajak orang lain untuk ikut mengekspos/mengungkit kesalahan orang tersebut.
Cancel culture ini bisa dikategorikan sebagai perbutaan yang good and powerful, tapi seringnya sih buruk. Kok good? Ya, good ketika cancel culture ini menjadi metode aktivisme online dalam memperluas partisipasi publik, asalkan apa yang ‘dicancel’ itu tepat sasaran (tokoh yang bermasalah, misalnya yang melakukan kekerasan seksual kepada seseorang).
PROS:
1. Meminta pertanggungjawaban dari perbuatan pihak terlibat.
2. Memberikan keberanian dan ruang bicara bagi korban yang merasa dirugikan.
Namun, di sisi lain, cancel culture bisa mengarah pada penghakiman dan moral witch-hunting yang belum tentu akurat. Biasanya sih ini yang lebih sering terjadi, salah sasaran, bersifat toxic destruktif ketimbang konstruktif. Contohnya kasus Amber Heard dan Johnny Depp. Publik sudah jengkel duluan ke Johnny Depp sampai Ia diboikot, tapi ternyata yang terbukti salah adalah Amber Heard yang mana ternyata Ia telah melakukan physical abusive kepada Johnny Depp.
CONS:
1. Online bullying yang berdampak pada terganggunya kesehatan mental pihak yang terlibat.
2. Dianggap sia-sia karena mengarah pada hilangnya toleransi terhadap orang yang disagree dengan pendapat seseorang.
Dari pros and cons tadi menyiratkan bahwa baik buruknya cancel culture itu tergantung kebudayaan yang diterapkan. But I think, as time passes, cancel culture are getting better worse. Lebih ke ‘the toxic online trend’. There are a lot of celebrities or anyone who are being cancelled just because of their past mistakes. Seriously people, why are you still defined somebody from their past??! Bahkan mereka dicancel sebelum memberikan penjelasan. It seems like they couldn’t even try to understand that people can change and grow.
Kemudian apa dampaknya jika cancel culture ini semakin melanggeng di masyarakat kita?
Dampak dari cancel culture ini (dari segi destruktif) adalah sebagai berikut:
1. Membentuk kepribadian judgemental. Menilai sesuatu secara subjektifitas tanpa melihat realitas sesungguhnya.
2. Tidak dapat menerima perbedaan pendapat. Beda dikit dicancel, salah dikit bukannya diedukasi malah langsung dicancel. Harusnya kalau tidak setuju ya jabarkan pendapatnya, educate people, buka ruang diskusi, jangan hanya cancel fafifuwasweswos tau-taunya emang karakternya menganggap prinsip sendiri paling benar alias mengisolasi pemikiran diri sendiri dengan tidak mau menerima perbedaan pandangan. Terlalu sempit pemikiran kita kalau tertutup terus untuk dunia yang penuh dengan ilmu dan berbagai pandangan ini. I mean, its okay untuk punya stance sendiri tapi jangan sampai jadi destruktif dengan menjatuhkan/meremehkan pendapat orang lain untuk membuat kesan bahwa dirinya lah yang paling top, yang lain mah beng-beng.
3. Menghambat berkembangnya ilmu pengetahuan. Cancel culture menjadikan banyak orang semakin takut untuk menyuarakan pendapat, takut kena cyber bullying, karena memang dampak psikologisnya nggak main-main. Kebebasan berpendapat semakin terbatas. Ruang diskusi semakin sedikit. Ilmu pengetahuan pun terhambat.
Cancel culture it can happen to public figures, celebrities, me, and you. Budaya ini bisa powerful untuk de-platform orang yang telah merugikan but it can also destroy someone’s life when it is based on rash judgement without fact-check.
Comments
Post a Comment