Kamu pasti sudah familiar dengan ungkapan ‘kalau ingin meraih apa yang kita inginkan dalam hidup, cara terbaiknya adalah dengan menetapkan goals yang spesifik dan dapat dilaksanakan. Padahal, akan lebih baik loh jika kita berfokus pada ‘sistem’ bukan pada ‘goals’.
Emang,
apa bedanya sistem dengan goals?
Langsung pakai contoh ya:
Misalnya kamu seorang pengusaha. Goals kamu mungkin
membangun perusahaan bernilai milyaran. Sistem kamu adalah bagaimana menguji
gagasan-gagasan tentang produk, merekrut karyawan, dan menjalankan iklan
pemasaran.
Misalnya kamu seorang mahasiswa. Goals kamu adalah
lulus cumlaude. Sistem kamu adalah rajin kuliah, belajar setiap hari, dan mengerjakan
tugas dengan baik dan tepat waktu.
Nah, sekarang coba kita pikirkan. Gimana kalau kita
mengabaikan goals-goals kita dan hanya fokus pada sistem? Contohnya, misal kamu
adalah pelatih bola voli yang mengabaikan goals untuk memenangkan kejuaraan, melainkan
hanya fokus pada yang dikerjakan tim dalam latihan setiap hari, nah apakah kamu
masih mendapat hasil? Menurutku pasti iya, kamu
akan berhasil. Satu-satunya cara untuk benar-benar berhasil adalah menjadi lebih baik setiap hari. Seperti
ungkapan juara Super Bowl tiga kali Bill Wilsh, “Nilai akan datang dengan sendirinya.” Ini berlaku untuk semua bidang.
Kalau kita ingin hasil-hasil yang lebih baik, lupakan goals-goals kita. Sebagai
gantinya, fokus aja pada sistem.
Dalam hal ini bukan berarti goals tidak penting ya. Goals itu baik kok untuk menetapkan arah. Tapi sistem adalah yang terbaik untuk bisa maju. Beberapa masalah timbul ketika kita banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan goals dan nggak menyediakan waktu yang cukup untuk merancang sistem.
Masalah 1: Yang berhasil dan yang gagal memiliki goals yang sama.
Orang sukses dengan orang gagal itu punya goals yang sama, iya kan? Nah jadi goals itu bukan pembeda antara yang berhasil dan yang
gagal. Goals itu selalu sudah ada. Baru ketika kita menerapkan sistem dengan
perbaikan-perbaikan kecil secara konsisten, maka kita bisa meraih hasil yang
istimewa.
So, guys mencapai goals itu hanya mengubah hidup kita untuk sesaat. Kita mengira yang perlu diubah adalah hasil, padahal masalahnya bukan terletak pada hasil. Yang harus kita ubah itu adalah sistem-sistem yang menyebabkan hasil-hasil tersebut. Kalau kita memecahkan masalah pada tingkat hasil, kita hanya memecahkan masalah untuk sementara. Nah agar dapat menjadi lebih baik, kita perlu memecahkan masalah di tingkat sistem. Benahi input maka output akan otomatis menjadi benar.
Masalah 3: Goals membatasi kebahagiaan kita.
Biasanya kita berharap begini, “Begitu aku meraih goalsku, aku akan bahagia”. Padahal goals juga menyebabkan konflik : “kalau nggak gini,
ya berarti gitu” : kalau tidak berhasil ya berarti gagal. Secara mental, kita seperti
memasang kotak untuk mengurung diri dalam versi kebahagiaan yang sempit.
Kalau kita lebih jatuh cinta pada proses, bukan pada hasil, kita tidak harus menunggu ketika ingin memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk bahagia. Kita dapat merasa puas kapan pun ketika sistem kita berjalan. Dan sistem bisa menjadi sukses dalam banyak bentuk beragam.
Masalah 4: Goals tidak bersesuaian dengan kemajuan jangka panjang.
Pola pikir berorientasi pada goals itu seperti ‘yoyo’. Banyak atlet kerja keras ketika ingin menang lomba, eh habis menang, mereka
berhenti latihan. Ketika semua kerja keras kita difokuskan pada goals tertentu,
apa coba yang tersisa untuk mendorong
maju kita setelah goals itu tercapai? Itulah sebabnya bund, banyak orang balik
lagi ke kebiasaan-kebiasaan lama setelah suatu goals tercapai.
Tujuan menetapkan goals itu memenangkan pertandingan. Tujuan
membangun sistem itu terus berprestasi dalam olahraga yang sama. Pemikiran
jangka panjang itu berpikir dengan sedikit goals. Orang nggak bicara tentang
kesuksesan tunggal. Orang bicara tentang siklus perbaikan yang tiada akhir dan
terus-menerus. Akhirnya, komitmen kita pada proseslah yang akan menentukan kemajuan
kita.
Jika kita ingin hasil yang lebih baik, jangan
memusingkan goals dulu. Sebagai gantinya, berfokuslah pada sistem.
|Hasil interpretasi dari buku Atomic Habits - James Clear. Highly recommended book|
Comments
Post a Comment