SO I will turn 22 this year *sigh *but also singing 22 by TS.
And I’m gonna tell you about adulting from my
perspective. Maybe we are on the same page?
Dewasa. Menjadi orang dewasa yang menyebalkan.
from dammit |
Makin dewasa, hidup makin kompleks, beban pikiran
makin banyak. Kita juga akan sering berada di situasi abu-abu. Akan banyak
berhadapan orang yang beda pemikiran dengan kita. Makin sedikit high
expectation cuz we know that sometimes those things can killing us. Also dealing
with our mind tend to be the hardest things in this phase.
Aku juga ngerasa seiring kita bertumbuh dewasa, kita
jadi melihat sisi diri kita yang lain, mulai tahu value yang kita punya dan
kita juga lebih melihat esensi dari setiap orang yang kita temui, kita juga
lebih sering flashback untuk mencoba memahami pelajaran penting yang dulu kita
masih belum mengerti sama keadaan. Its ok to learn, unlearn kalo kita udah tau
ternyata hal itu salah, relearn atau belajar lagi hal yang benar. Kita juga semakin
tahu, tentang sisi gelap hidup ini juga sisi gelap diri kita, we all have that
we can’t deny it, sometimes its scary to found out or to face our own fears,
but yeah we have a dark side.
Dan saat usia dewasa, kita udah mulai fokus ke ingin mencari
uang, belajar investasi (baik instrument uang ataupun skill), makin sering overthinking
haha, belajar membedakan keinginan dan kebutuhan, menerima bahwa orang bisa
punya pemikiran yang berbeda and we already know that we should embrace it,
belajar melepaskan, mengikhlaskan kepergian, dan lain-lain.
Di usia sekarang aku juga jadi lebih mandiri, dari
yang awalnya takut tidur sendirian sampai sekarang bisa ngekost sendiri,
mengatur segala keperluan hidup sendiri, belajar mengontrol emosi, manage
problems, mulai memahami tentang tanggung jawab, banyak membuat keputusan
sendiri yang tidak berdasarkan mood walau seringkali merasa delima eh dilema,
belajar hidup minimalis, menyukai hal yang simple, im also telling myself
supaya jangan stuck dimanapun, harus mengikuti perkembangan teknologi, and stay
informed but that doesn’t mean I'm always stay active on sosial media, well im
not really socmed person tho. Ugh look at me~ I’m an adult now, proud of myself
hahaha.
Kadang kita juga masih dianggap anak kecil sama
orangtua. Kadang mereka menyuruh aku untuk melakukan sesuatu tapi instead of
menuruti atau menentang mereka aku lebih meyakinkan diriku sendiri untuk
memilih agar aku tetap teguh sama pilihan yang aku putuskan sendiri, bebas dan
terlepas dari apapun yang orangtua ku pikirkan. I’m an adult so I have to make
decisions by my own self, kalo untuk keputusan yang menyangkut kemaslahatan bersama
sih beda lagi, perlu dipertimbangkan lagi segala faktornya. Mereka juga
untungnya letting me flyin without wings~ biar aku merasakan segala baik
buruknya segala konsekuensi, mengenal berbagai macam sisi dunia dari
perspektifku, dan hal itu yang menjadikan aku lebih kenal diriku juga, melatih
kepekaan, learning dichotomy of control, yes knowing myself is the biggest
treasure I’ve ever had.
Kita juga belajar buat nggak terlalu memikirkan orang
terus karena itu bisa jadi boomerang buat kita, menjadi pribadi yang terlalu
sungkan juga nggak baik, kesannya jadi people pleaser, kita harus berani
berkata TYDUCK!! Kita harus tegas!! Berpendirian teguh!!. I’m working on it.
Intinya, seperlunya alias jangan berlebihan dalam melakukan suatu hal. Porsi
untuk selalu ada untuk orang lain dan diri sendiri seimbang. Love yourself
first dulu baru kita bisa sharing, caring, and loving people well.
Di fase ini juga kita harus lebih peka terhadap
lingkungan. Belajar respect. Berinteraksi dengan sosial dan alam dengan baik.
Cintai hewan, tumbuh-tumbuhan, dan JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN. PLEASE KITA
UDAH BERTAHUN-TAHUN SEKOLAH MASA MASIH BUANG SAMPAH SEMBARANGAN?!
And I don’t fuckin care dengan standar sosial
masyarakat yang harus ini dan itu diumur segini. This is my life, im the one
who paint and define myself. I make the rules to my own life. Nggak ada suatu
keharusan di umur segini harus punya duit segini. Dimanapun stage kita atau
stage orang lain, nggak usah terlalu membandingkan hidup kita dengan orang lain
juga. Tuhan ngeliat orang dari sikapnya, buka uangnya. Buat yang udah mapan
juga jangan bilang “mungkin yang gagal kurang kerja keras” well ‘kemiskinan struktural’
itu ada loh. Kalau misal kurang kerja keras, emangnya petani yang kerja dari
pagi sampai sore kurang usahanya? They are fucking strives every single day.
Kemiskinan mereka terjadi secara struktural dimana mereka minim tools dan
kesempatan juga lingkungan yang nggak mendukung, akhirnya dari satu keturunan
ke keturunan selanjutnya ya bisa jadi miskin terus sekeras apapun mereka usaha
kecuali ada lucky faktor. Buat yang merasa kurang juga jangan langsung
menggampangkan dengan bilang “dia kan kaya, semuanya jadi terasa gampang”
memang benar tapi belum tentu ketika kita ada di posisi mereka, kita bisa
melakukan dan mengontrol segala hal dengan mudah, mereka juga ada usaha, otak
dan lucky factor. Fokus aja sama diri sendiri intinya, fokus menjadi lebih baik
dari yang lalu, and do what you love. Pola hidup seseorang itu benar-benar
acak, nggak semuanya harus sesuai dengan standar sosial karena tiap orang itu
punya latar belakang yang unik, kompleks, manusia itu sangat dalam dan luas
loh, kita benar-benar nggak tau hidup satu orang itu kaya gimana, don’t judge
someone else too quickly, be gentle with everyone.
In this adult phase… Also, there are mornings when I
start off the day already feeling… defeated. But life must go on, right?
Because I’m an adult with responsibilities.
For us who keep trying even on the worst day, hey we’re not so bad tho. There are days we give minimal efforts, there are other days we thrive. Life must go on, harus belajar menjadi pribadi yang kuat, yang kalau jatuh akan selalu bangkit lagi. And sometimes we just have to “Yaudahlah ya” Let it flow, let it all comes to us naturally, take it easy. I know its hard but the point is just keep.. going. Nikmati masa muda kita dengan banyak eksplor mumpung belum redup api semangat kita, muda cuma sekali wkwk duh semangat aku dan kamu.
from goodreads.com |
Comments
Post a Comment