HOLAA!
Aku datang membawa cerita mini yang aku buat saat masih SMP hihi. Aku sempat menjuarai lomba cerpen di sekolahku lhoo #FleXx😎. Dan ini adalah salah satu karyaku. Maklum ya ceritanya belum detail, masih noob hehe.
Happy reading~
CAPPUCINO
Awan kelabu mulai merebak ke seluruh penjagat raya, berkepung-kepung menghimpun lalu meneteslah embun malam sendu. Kilauan matahari mulai menciut tertutup awan kelabu, hanya seperciknya yang masih memberi corak hijau pada daun, biru pada laut, dan corak lain yang mewarnai kanvas semesta. Menderasnya hujan diiringi berkeoknya katak kecil yang setia hingga hujan reda. Kemudian disusul dengkringan jangkrik-jangkrik di semak-semak belukar. Sungguh irama yang memerdukan sunyi dan meredakan lara.
Langit kelabu menjadi hitam, dari sebelah barat menukik piringan mentari ingin melepas penat di peraduannya lalu digantikan rembulan yang mengait di atas sana. Trenyuhnya suara adzan menyuratkan ajakan menunaikan kewajiban. Disusul lentera-lentera kuning dengan bunyi khas ceklikan dari dalam gubuk. Setelah 33 kali mengucapkan dzikir, melantunkan ayat-ayat Al-Baqarah, Damar bangkit dari simpuhan di atas sajadahnya. Ia menyelampirkan sarung di gantungan baju. Pecinya masih dikenakan. Damar kemudian menuju ke warung kopi Wulan yang berjarak cukup jauh dari gubuknya, sudah sekian lama Ia tidak mengunjungi warung kopi di kampung sebelah itu.
Sehari-hari Damar menjalani kehidupannya sendiri, semua sanak-saudaranya telah direnggut oleh bencana 2 tahun silam. Kesunyian selalu memerangkap lubuk hatinya. Tak jelas Damar bekerja sebagai apa, 40 tahun Ia hidup hanya sebagai pekerja serabutan yang hanya berpenghasilan sedikit.
'Aneh' pekiknya di dalam hati. Tampak bangku cokelat panjang masih melompong tak bertuan. "Cappucino atau Mocca?" Damar tersentak, lantas kembali duduk tenang di kursi itu. Ia pandangi Wulan, wajahnya tampak lesu, pucat, dan sedikit berbeda dari 5 hari selang purnama kemarin. Segera Ia tepis semua yang dipikirkannya, "Cappucino aja" jawabnya.
Biasanya warung ini selalu banyak dikunjungi bapak-bapak sesaat pulang mengojek. Atau bapak-bapak yang bininya sedang tak ada di rumah. Ia heran, lalu Damar memandang penuh makna pada Wulan dengan satu cangkir yang sudah teronggok di atas nampan. "Aku habis bertengkar Mas, aku sudah gak kuat lagi dengan perlakuan kasar suamiku." kata Wulan sambil menampakkan raut wajah yang sedih. Damar hirup pelan-pelan kopi nya, tak lupa sembari mencium aroma cappucinonya. "Memangnya kenapa toh lan, kok bisa bertengkar lagi?" Logat jawa masih kental di mulut tebal Damar, tenggorokannya sempat tercekat karena ampas kopinya menyangkut pada batang tenggoroknya. Lalu Wulan berkata "Mas Mardika sering memukulku, membentakku hanya karena masalah sepele dan pasti kalau larut tubuhnya bau alkohol. Aku sudah tidak kuat." Keluh Wulan. Ia letakkan cangkirnya di atas meja. Mata mereka saling berpandangan. "Memang berat situasimu sekarang.. Mardika sudah hilang akal dan susah untuk menasihatinya. Untuk saat ini mending kamu istirahat dulu, tenangkan pikiran. Nanti dipikirkan lagi solusi terbaiknya olehmu dan Mardika. Kamu terlihat lelah dan pucat." Nasihat Damar. Wajah Wulan semakin menampakkan luka yang menganga di hatinya. Persis saat Damar kehilangan istrinya. Belum sempat Damar kembali menyeruput cappucinonya, gelas Damar sudah disambar duluan oleh Wulan ke belakang dapur. Refleks Damar kaget, Damar hanya terbengong-bengong. Damar bingung dengan tingkah laku Wulan itu yang menurutnya aneh, mengagetkan dan sangat tidak sopan. Damar memakluminya, mungkin Wulan terbawa emosi dan sedang tak karuan.
Damar melongokkan kepalanya ke atas, Ia ingin melihat ada menu jajanan apakah yang ada di atas meja, barangkali bisa mengisi perutnya yang sedikit lapar. Namun matanya malah tertuju pada sebuah gumpalan kertas yang tersusun rapi dan ternyata adalah koran edisi 10 Agustus 2012, tepatnya sudah kadaluarsa 5 hari yang lalu. Ia baca judul besar yang terpampang di tengah koran itu, barangkali ada berita gembira. Namun, apa yang Damar pikirkan ternyata meleset, Ia lalu membacanya 'Wulan, wanita penjual kopi tewas dibakar suaminya'. DEG! Damar lalu mendengar suara jerit tangis seorang wanita yang tersedu-sedu di belakang dapur. Bulu roma Damar mulai mendegig merinding sesaat Ia mendengar suara gelas kopinya sedang di basuh air.
-selesai-
Sengaja twist ending agar kalian bisa berimajinasi gimana selesainya hehe. Terima kasih sudah membaca!
Comments
Post a Comment