Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2019

Beauty Standard

Kalian tau beauty standard masyarakat kita? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus menganalisis dulu dan butuh perbandingan, karena beauty standard itu subjektif. Misal, kalau di Indonesia Beauty standardnya adalah: Kulit putih glowing shining shimmering splendid, rambut lurus hitam berkilau. Loh tau darimana? Silahkan survei di beauty store di dekat kita semua. Mayoritas produk kecantikan di Indo menawarkan/mensugesti bahwa menjadi cantik itu harus putih. Iklan shampoo? Hitam lurus berkilau!  Sad but true. Kita bandingkan di Eropa. Kebanyakan produk kecantikan disana menawarkan kulit eksotis, tanned skin, jarang sekali ditemukan produk yang berfungsi untuk memutihkan. Untuk rambut? Curly dan berwarna. Atau beauty standard juga bisa dilihat dari ikon kecantikan, misal kalau ikon remaja di Eropa ya Kylie Jenner. Orang-orang yang semula bibirnya tipis, sengaja membentuk bibir dengan lipstik agar terlihat lebih berisi. Berbeda dengan di Indo, trendnya adalah ombre lipst

Traveler

Apa yang terlintas di benak temen-temen waktu denger atau baca kata 'traveler'? Yeah c ertainly people who like to travel a lot. Hehe, nah disini aku bukan bahas jalan-jalan ya! Tapi mau membagi ilmu yang aku dapetin dari Teh Juan yaitu tentang konsep bahwa kita di dunia ini bisa dikatakan sebagai seorang penjelajah atau traveler. Manusia di dunia ini hanya singgah sebentar, masih panjang perjalanan yang akan kita lalui. Ketika kita menyadari bahwa waktu kita sangat terbatas dan dunia sangatlah sempit, maka apa yang akan teman-teman lakukan? Seems to answer this question is rather difficult huh?! how about this question below? Apa yang kamu lakukan ketika kamu berada di Finlandia dengan waktu yang amat sedikit? Pastinya memaksimalkan kesempatan yang ada kan? Meninggalkan jejak yang baik seperti take a chance , menjadi bermanfaat untuk sekitar, mengeksplor diri dengan menumbuhkan prib adi yang baik, dan sebagainya.  Prinsip seorang Traveler akan seperti

Criticism must be with a solution?

Aku mendengar dari seorang teman. Ia bercerita tentang kritikannya di sebuah forum. Kemudian ada seseorang yang respon terhadapnya "kalian itu hanya kritik kritik kritik tapi tidak menawarkan solusi".  Temanku tetap terus melanjutkan bercerita tapi fokus terbesarku tidak lagi menyimak ceritanya. Dalam benakku merasa ganjal dengan perkataan yang menyiratkan bahwa kritik haruslah disertai dengan solusi. Haruskah? Should it? Haruskah sebuah kritik disertai solusi? Should a critic with a solution? I think No . It shouldn't be. Kalau kritik harus disertai dengan solusi, maka banyak orang-orang yang enggan untuk mengutarakan sebuah kritik. Dikarenakan tuntutannya harus disertai dengan solusi. Dan tidak semua orang dapat memenuhi tuntutan tersebut. Kritik dalam sebuah forum itu berfungsi agar semua peserta dapat bersama-sama memikirkan solusinya.  Toh tidak semua -orang yang mengutarakan kritik dengan solusi- dapat langsung diterima kan solusin

Endowment Effect in a Nutshell

Endowment Effect TV kabel yang menawarkan promo gratis penggunaan 3/6 bulan ternyata pakai strategi marketing endowment effect atau 'ilusi kepemilikan'. Endowment effect adalah fenomena bahwa kita menganggap barang yang kita punyai memiliki nilai tinggi. Sehingga kita merasa 'memiliki' barang tersebut dan bersedia membayar pada tagihan selanjutnya.

Quarter Life Crisis

Quarter Life Crisis (QLC) in a nutshell Banyak orang salah mempresepsikan istilah QLC. Mereka sebagian besar menganggap QLC hanya terjadi pada umur 20+. Sebenarnya istilah QLC tidak hanya merujuk pada manusia yang berumur 20+. QLC juga bisa terjadi pada usia dibawah 20, bahkan ada juga yang berusia 30+ masih merasa bingung dengan tujuan hidupnya. QLC hanya mengacu pada 'mayoritas' / 'umumnya' orang yang mengalami life crisis terjadi pada usia 20+. Artian per kata: Quarter/seperempat dari umur manusia. Taruh lah rata2 batas umur manusia itu 100th, berarti 1/4nya kisaran 20an+. ->>Yang mayoritas mengalami life crisis. Sebenarnya, orang yang sudah mencapai kesuksesan, bukan berarti ia sudah melewati masa life crisis. Kenyataan bahwa blurred line pada batas kepuasan manusia, menunjukkan setelah mendapatkan pencapaian, maka manusia semakin ingin meraih sesuatu yang 'lebih lagi' yang berarti semakin banyak halang rintang/krisis yang harus dilewati. Maka dari